Senin, 30 Mei 2016

Masyarakat Indonesia dan Pendidikan



A.     Pendahuluan
Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus  dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiankan manusia melalui pendidikan itu di selenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar social kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu meskipun pendidikan universal namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultular tersebut.Dengan kata lain pendidikan di selanggarakan berlandaskan filsafat hidup serta sosiokultural setiap masyarakat termasuk Indonesia. Kajian ketiga landasan itu,(filosofis, sosiologis , dan cultural) akan membekali setiap ketenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.selanjutnya terdapat dua landasan lain yang selalu erat kaitanya dalam setiap upaya pendidikan utamanya pengajaran yakni landasan psikologis dan landasan iptek. Landasan psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan kependidikan. Khususnya guru,tentang sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan psikologis dan landasan iptek tersebut akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek tersebut . Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Untuk Indonesia, pendidikan diharpkan mengusahakan (i) pembentukan manusia pembangunan yang tinggikualitasnya dan mampu mandiri dan (ii) pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat , bangsa dan negara Indonesia (Undang –undang,1992 : 24 ). Landasan landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia , dan serentak dengan itu mendukung perkembangan masyarakat,bangsa dan Negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan itu, dan pada giliranya,member corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat in donesia. Selanjutnya landasan ilmiah dan tekhnologi akan mendorong pendidikan itu akan menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan pendidikan yang tepat, serta member peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam konseptual maupun operasional.
1 Landasan filosofis.
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Runusan tentang tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan  merupakan proses memanusiakan manusia
2.Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis system pendidikan nasional, masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamenya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang di patuhi bersama, serta pada umumnya bertempat di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.

3.Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan.  


B.     Pembahasan


Sebagaian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan . Di mana –mana tampak anak-anak muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah,walaupun ada sejumlah kasus orang tua menolak menyekolakan anak dengan dalih membantu mencari nafkah .Bagi masyarakat yang tidak lagi berada di bawah garis kemiskinan rata-rata –rata amat berusaha kalau tidak dapat di sekolah atau perguruan tinggi negeri,mereka siap menyekolahan putra-putranya di sekolah atau perguruan tinggi swata.Mengapa Masyarakat atau para remaja bersikap seperti di atas asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang di terima. Namun kenyataan menunjukan tidak persis seperti it. Lulusan S1 misalnya,banyak sekali yang banyak sekali yang belum bisa bekerj. Hal ini di sebabkan karena pemakai tenaga kerja tidak di percaya kepada kemampuan,keterampilan,dan kepribadian para pencari kerja.Bila pencari kerja tidak memiliki perguruan tinggi mampu membuat lulusan agar memiliki criteria lebih-lebih bila mahasiswa yang bakal lulus tidak mempunyai kemampuan yang memadai alias sekedar lulus. Berdasarkan kenyataan di atas belakangan ini ada perkembangan baru di kalangan masyarakat. Mereka sudah mulai memilih perguruan tinggi ini di banjiri oleh peminat sementara ada sejumlah perguruan tinggi yang kurang calon mahasiswa.(pidarta.168 :2013 )
Sikap masyarakat terhadap sekolah  kejuruan adalah sebagai akibat dari asumsi di atas .Hampir semua remaja yang didukung oleh orang tua mereka ingin studi di perguruan tinggi.Akibat sekolah kejuruan kurang laku sampai -sampai  sekolah ini mendapat julukan sekolah kelas dua padahal tenaga kerja menengah lebih banyak di butuhkan dari pada tenaga ahli. Selama itu pula pemerintah tidak berdaya mempromosikan sekolah kejuruan yang sangat penting bagi masyarakat pada umumnya. Namun sekarang minat terhadap sekolah kejuruan mulai meningkat. Sementara itu lulusan sekolah maupun perguruan tinggi hamper seluruh sekolah maupun perguruan tinggi hamper seluruhnya di tentukan oleh prestasi belajar dalam aspek kognisi. Sebab seleksi melalui Negara hamper seluruh ujian Negara hampir seluruhnya mengukur kemampuan kognisi. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional, pendidikan nasional untuk membentuk manusia seutuhnya belum tercapai. Kondisi seperti ini member peluang untuk munculnya kenakalan remaja, yang ada gilirannya kelak, mungkin sebagai penyebab maraknya korupsi dan kolusi seperti sekarang. Hal ini perlu didasari sejak dini oleh pemerintah,khususnya para pengambil keputusan dalam bidang pendidikan. Kini mari kita lihat pengaruh globlisasi terhadap masyarakat Indonesia. Dari pengamatan sehari-hari,ada beberap hal yang tampaknya sudah kena pengaruh globalisasi. Hal – hal yang dimaksud antara lain:

1.      Bidang ekonomi.Ekonomi global ini tercermin dari adanya :
A.     Bantuan dana dari luar negeri.
B.     Penanaman modal asing di Indonesia
C.     Industri dan perdagangan Indonesia menyebar ke luar negeri atau sebaliknya industry dan asing masuk ke Indonesia
D.     Ekonomi moneter tidak dapat di isolasi dari pengaruh dunia luar
2.       Bidang politik. Tokoh –tokoh internasional sering kali mempermasalahkan :
Oleh globalisasi dunia. Yaitu :

a.       Ham ( Hak Asasi Manusia )
b.      Demokrasi
3.      Bidang kebudayaan.  Bidang kebudayaan yang sudah di masuki oleh globalisasi dunia, yaitu:
a.       Lagu – lagu barat sudah banyak masuk ke Indonesia
b.      Tayangan lagu dan cerita barat terlau banyak terutama di telivisi swasta. Tampak seolah olah tidak menghiraukan kesenian daerah atau Indonesia
c.       Budaya konsumtif yang tidak puas belanja di dalam negeri, terutama untuk orang-orang kaya
4.      Kehidupan remaja. Kehidupan remaja yang sudah kemasukan arus globalisai,yaitu
A.     Minum- minuman keras
B.     Ikut-ikutan memakai narkoba
C.     Bermain- main di klub malam, yang dapat menertibkan sifat erotis.
D.     Melakukan tidakan kekerasan yang menyimpang dari kepribadian Indonesia
Sekarang kita teruskan pembahasan inidengan kondisi social atau kemasyarakatan. Situasi  keluarga yang harmonis dan damai serta masyarakat penguyuban yang tolong –menolong  Sudah mulai menyusut paling sedikit ada empat factor sebagai penyebabnya, yaitu :
1.      Pertumbuhan ekonomi Indonesia, ,membuat ekonomi masyarakat kelas menengah keatas semangkin meningkat.
2.      Akibat kemampuan daya beli meningkat daya beli meningkat, maka kewajaran manusia yang mencintai harta benda semakin terpenuhi kepuasasan ini mendorong orang –orang untuk mencari uang lebih banyak ,tidak cukup oleh suami saja.
3.      Gerakan emansipasi mempercepat proses mmpekerjakan perempuan. Akibatnya banyak suami istri dalam keluarga bekerja keduanya.
4.      Ketiga butir di atas tidak terlepas dari pengaruh globalisasi dunia
Anita dalam pidarta 1996, mengambarkan situasi keluarga dalam pasca modern ini sebagian besar suami istri bekerjasama mencari nafkah, angka perceraian yang tinggi

Di samping memperkuat jati diri ada hal-hal tertentu yang bisa di lakukan untuk mengurangi  pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan dan kehidupan para remaja.
Tindakan – tindakan yang dimaksud yaitu :
1.      Membaut pembatasan kepada media elektronik terutama televisi yang sangat berpengaruh kepada kehidupan anak-anak dan remaja,untuk :
a.       Maksimal 50 persen menayangkan lagu-lagu luar negeri.
b.      Minimal 50 persen menanyangkan kesenian-kesenian daerah.
c.       Hanya menayangkan film aksi/laga yang tidak berbau kekerasan.
d.      Tidak menayangkan film-film yang mengundang erotis. Pembatasan ini berlaku baik pada televisi swata maupun pemerintah.
e.       Tidak menayangkan prilaku-prilaku egois,sadis,ketus,menghina,dan menyindir
f.       Tidak menyayangkan film-film yang merusak bahasa Indonesia, film film harus berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.      Mendukung tindakan pemerintah terhadap  upaya memerangi perilaku negative para remaja , seperti, :
a.memberantas minuman keras dan narkotoka.
b. mengurangi jumlah club malam dan mengawasi tindakan-tindakan yang negative.
c. menangkap dan menghukum mereka yang berkelahi.
d. Di samping itu perlu meningkatkan mutu pendidikan sekolah, masyarakat, dan keluarga.
e. memberikan penyaluran kegiatan yang positif atau pekerjaan yang pantas.
Yang terakhir adalah tanggapan dan tindakan kita terhadap kondisi masyarakat dewasa ini. Seperti telah di uraikan di atas, banyak orang tua anak bekerja kedua-duanya sehingga pendidikan keluarga menjadi agak sulit di tangani, anak-anak banyak yang hidup sendiri menghadapi berbagai masalah sendiri,seolah –olah mereka di tuntut untuk berkompeten menghadapi hidup dan kehidupan seperti  itu.
Ada beberapa tokoh pendidikan yang menghendaki terjadinya pergeseran paradigm pendidikan antara lain oleh rector IKIP Yogyakarta dalam forum Simposium Nasional yang di adakan di Yogyakarta tahun 1996.Dikatakan paradugma itu bergerak, yaitu :
1.      Pendidikan adalah usaha sadar ke pendididkan sebagai usaha sadar yang di sadari.
2.      Pendidikan sekolah kependidikan sekolah dan luar sekolah.
3.      Pendidikan dan pengajaran kebudayaan.
4.      Proses assembling ke proses membangun dari awal
Perubahan paradigm ini mungkin bisa di lengkapi butir lain yang bersumber dari pemikiran anita dalam pidarta (1996) sebagai pemberi inspirasi yaitu :
1.      Anak yang patuh ke anak yang mandiri
2.      Anak –anak sebagai makhluk yang terlindungi, ke anak yang berkompetensi.
Inilah pendapat mereka tentang cara menanggulangi masyarakat dan keluarga di zaman sejarang ini.
Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi jean piaget dalam syaful (1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan pencitaan yang lain. Menurut jean peaget dalam syaiful  pendidikan sebagai penghubung dua sisi di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan di sisi lain nilai social, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidikan untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat kausal. Namun tedapat komponen normative, juga karena pendidikan menuntut nilai. Nilai ini adalah norma adalah norma yang berfungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, di perbolehkan, dan di larang. Jadi pendidikan adalah hubungan yang normative antara individu dan nilai. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah  segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala  lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang di selenggarakan umumnya di sekolah sebagai pendidikan formal. Sedangkan para ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengaruh oran dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan - hubungan  dan tugas-tugas socialnya dalam masyarakat.
Pendidikan di sebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “pedagogics pedagogics sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu “pais” yang artinya anak, dan “again” yang artinya membimbing poerbakwaja dan harapan dalamsyaiful (2011 : 2 ) pedagogic mempunyai dua arti yaitu
1.      Prakrek, cara seorang mengajar
2.      Ilmu pengetahuan mengenai prinsip – prinsip dan metode mengajar, membimbing  dan mengawasi pelajaran yang di sebut juga pendidikan.
Dari pengertian itu dapat di pahami bahwa pendidikan mengandung makna “bimbingan yang memberikan kepada anak” yaitu bimbingan tentang suatu mata pelajaran yang diberikan oleh guru pada peserta didik secara formal.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
( UUSPN No. 20 tahun 2003 )
Kesimpulan:

Hasil Pemaparan di atas untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan masyarakat, sebagai suatu yang tidak selalu di sadari oleh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutukan sejumlah pembenahan.
1.      Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan di tingkatkan.
2.      Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, di tangani secara serius, paling sedikit sama intensisitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3.      Kebudayaan, terutama tayangan telvisi, yang paling banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik seperti telah diutarahkan di atas.
4.      Kebiasaan- kebiasaan negative yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah di gariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah- masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan di beri kesempatan untuk memecahkanya, tertentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dalam masa transisi  ini kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu :
1.      Memasukan materi pelajaran yang di ambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga
2.      Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok diintensifkan
3.      Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan
4.      ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
5.      Member kesempatan berinovasi atau kretif menciptakan sesuatu yang abru yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan.


Daftar Pustaka

Sagala syaiful ( 2011). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : cv Alfabeta
Tirtarahardja Umar (2005). Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rineka cipta
SuloLa.SL  (2005). Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rineka cipta
Pidarta made (2013). Landasan Kependidikan.Jakarta : Rineka Cipta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar